Breaking News

SETIAP ORANG ADALAH FILSUF

 
Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 24 September 2025.
Di dalam sunyi batin manusia, selalu ada pertanyaan yang tak terucap, namun menggema: siapa aku, mengapa aku di sini, kemana aku setelah ini? Filsafat bukanlah milik ruang kuliah, bukan hanya milik akademisi atau lembaran tebal buku-buku tua; ia adalah denyut kesadaran yang menyertai setiap manusia yang berani berhenti sejenak dan merenung. “Setiap orang pada dasarnya adalah filsuf, karena setiap orang merenungkan hidupnya dan menata cara pandangnya” (Hadot, 1995). Dalam kesendirian malam, dalam pengambilan keputusan, dalam luka dan harapan, manusia berpikir, merasa, dan mencari makna. Filsafat bukanlah profesi; ia adalah napas yang menyertai kesadaran.

Dalam psikologi eksistensial, refleksi diri dianggap sebagai inti dari pertumbuhan manusia. “Manusia tidak hanya bertindak, tetapi juga memahami mengapa ia bertindak” (Wong, 2020). Proses ini bukan sekadar rasionalisasi, melainkan pencarian makna yang mendalam. Ketika seseorang memilih untuk memaafkan, bertahan, atau berubah, ia sedang menjalankan filsafatnya sendiri. Bahkan dalam tindakan sehari-hari: memilih kata, mengambil sikap, atau menolak godaan, ada nilai yang sedang dinyalakan oleh kesadaran.

Filsafat publik menegaskan bahwa pemikiran reflektif bukanlah hak istimewa kaum akademik. “Filsafat harus membumi, menyentuh kehidupan nyata, dan menjadi bagian dari diskursus sosial” (Nussbaum, 2011). Dalam masyarakat, keluarga, dan ruang kerja, manusia terus-menerus menyesuaikan cara pandang terhadap keadilan, kebahagiaan, dan tanggung jawab. Ketika seseorang bertanya, “Apakah ini benar?” atau “Apa dampaknya bagi orang lain?”, ia sedang menjalankan filsafat moralnya.

Dalam pendidikan dan kepemimpinan, filsafat menjadi fondasi yang membentuk karakter dan arah. “Pemimpin yang reflektif adalah mereka yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai dalam tindakan strategis” (Van Hooft, 2014). Anda tidak perlu gelar filsuf untuk menjadi pemimpin yang bijak; cukup memiliki keberanian untuk bertanya dan kesediaan untuk berubah. Filsafat dalam tindakan adalah bentuk tertinggi dari kebijaksanaan praktis.

Kesimpulannya, filsafat bukanlah sesuatu yang jauh atau asing. Ia hadir dalam setiap keputusan yang kita ambil, dalam setiap nilai yang kita pegang, dan dalam setiap perubahan yang kita putuskan dan jalankan. “Filsafat adalah laku hidup yang terus-menerus diperbarui melalui pengalaman dan refleksi” (Nugroho, 2020). Maka, setiap manusia adalah filsuf; bukan karena ia tahu segalanya, tetapi karena ia terus mempertanyakan arah perjalanan dan senantiasa menata makna hidupnya.

Dan pada akhirnya, filsafat adalah lentera kecil yang menyala di dalam dada manusia. Ia tidak memaksa arah, tetapi menawarkan terang. Dalam setiap kesunyian, ia menjadi suara lembut yang mengingatkan bahwa hidup bukan hanya tentang berjalan, tetapi tentang memahami ke mana dan mengapa kita melangkah. Karena hidup yang tidak direnungkan adalah hidup yang belum sepenuhnya dijalani. Filsafat mengajarkan kita bahwa keberanian sejati bukan hanya soal melawan dunia luar, tetapi juga soal menghadapi dilema dan kegamangan dalam diri sendiri. Ia membimbing kita untuk tidak sekadar menjadi pelaku kehidupan, tetapi juga menjadi saksi yang jujur atas makna dari setiap langkah, menjadi pengelola langkah dan arah. Dalam dunia yang terus bergerak cepat, filsafat mengajak kita untuk melambatkan dan menenangkan hasrat-hasrat, untuk mendengarkan setiap helaan dan hembusan nafas waktu, dan untuk menata arah agar selaras dengan suara hati yang paling sunyi. Filsafat bukan sekadar koleksi nama-nama filsuf dunia dan kutipannya, bukan sekedar ilmu, melainkan laku.

Referensi:
• Hadot, P. (1995). Philosophy as a Way of Life. Blackwell Publishing.
• Wong, P. T. P. (2020). Existential positive psychology. International Journal of Existential Psychology and Psychotherapy, 9(1), 1–13.
• Nussbaum, M. C. (2011). Creating Capabilities: The Human Development Approach. Harvard University Press.
• Van Hooft, S. (2014). Applied Ethics: A Multicultural Approach. Routledge.
• Nugroho, A. (2020). Filsafat sebagai laku hidup: Perspektif praksis dalam pendidikan. Jurnal Filsafat Indonesia, 33(2), 145–160.
________________________________________
"MPK’s Literature-based Perspectives" 
Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari berbagai sumber. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - JEJAKKASUSINDONESIA.ID