Salah satu petani garam yang dikunjungi adalah Sultan, warga setempat yang telah bertahun-tahun menekuni usaha pembuatan garam secara tradisional. Dalam obrolan hangat di pinggir tambaknya, Sultan bercerita mengenai kesehariannya dan tantangan yang dihadapi dalam proses produksi garam, khususnya saat musim hujan dan cuaca ekstrem yang mengganggu proses pengeringan.
Sultan mengungkapkan bahwa dirinya baru saja membeli karpet plastik khusus sebagai alas tambak untuk proses pengeringan garam. Karpet tersebut dibelinya dengan harga Rp3 juta per gulung, dengan panjang mencapai 60 meter. "Karpet ini cukup mahal, tapi sangat membantu mempercepat proses kristalisasi garam, terutama saat sinar matahari tidak terlalu kuat," ujarnya kepada Hj. Hasrawati.
Menurut Sultan, penggunaan alas plastik selain mempercepat proses produksi juga mampu menjaga kualitas garam agar tetap bersih dan tidak tercampur lumpur. Ia berharap adanya perhatian dari pemerintah atau pihak terkait agar alat produksi seperti ini bisa lebih terjangkau dan mudah diakses oleh petani kecil yang modalnya terbatas.
Hj. Hasrawati mendengarkan dengan penuh perhatian setiap cerita dan harapan para petani. Ia mengapresiasi semangat juang mereka dalam mempertahankan mata pencaharian tradisional yang telah diwariskan secara turun-temurun. “Produksi garam lokal seperti ini harus mendapat dukungan. Selain sebagai warisan budaya, ini juga menjadi sumber ekonomi penting bagi masyarakat desa,” ujarnya
Kunjungan tersebut menjadi ajang dialog ringan namun penuh makna.
Hj. Hasrawati menegaskan bahwa media memiliki peran penting dalam menyuarakan kondisi masyarakat kecil. Ia berkomitmen untuk menuliskan dan mengangkat kisah para petani garam agar bisa sampai ke telinga para pemangku kebijakan. “Kami dari media hadir bukan hanya untuk meliput, tapi untuk menjadi jembatan antara masyarakat dan pemerintah,” tegasnya.
Kegiatan kunjungan ini ditutup dengan dokumentasi dan ramah tamah bersama warga sekitar tambak. Kehadiran Hj. Hasrawati disambut dengan penuh kehangatan oleh masyarakat yang merasa bahagia karena keberadaan mereka diperhatikan dan disuarakan oleh media. Suasana akrab tercipta di tengah lokasi tambak sederhana itu.
Melalui kunjungan seperti ini, diharapkan potensi garam tradisional yang ada di Desa Tanah Rajae tidak hanya bertahan, tetapi juga terus berkembang. Produksi garam bisa menjadi salah satu kekuatan ekonomi masyarakat desa yang mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan di masa depan.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, media, dan komunitas, industri garam lokal diharapkan mampu bangkit dan memberikan kontribusi nyata dalam penguatan ekonomi kerakyatan di wilayah pesisir Kabupaten Pangkep.
(Hj.Asra)
Social Header