www.jejakkasusindonesia.id
Pontianak, 27 Agustus 2025 — Hari ini bukan hari biasa di Mapolresta Pontianak. Puluhan wartawan dari berbagai media di Kalimantan Barat datang bukan dengan kamera dan catatan, tapi dengan suara lantang menuntut keadilan dan transparansi.
Seorang oknum wartawan ditangkap dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) karena dugaan pemerasan terhadap sebuah perusahaan sawmill milik pengusaha Tian Hock. Tapi di balik gemuruh kabar itu, para jurnalis mencium ada sesuatu yang lebih besar. Dan mereka tak tinggal diam. “Kami tidak membela. Kami tidak menyerang. Kami ingin kebenaran,” ujar Bang Jali, salah satu perwakilan wartawan yang ikut aksi solidaritas tersebut.
Di halaman Tipidter Polresta Pontianak, para jurnalis menyampaikan tuntutan secara langsung: jangan hanya menindak satu pihak. Jika wartawan bisa ditangkap karena dugaan pemerasan, maka perusahaan yang menjalankan bisnis sawmill secara ilegal juga harus diselidiki. “Ini bukan sekadar kasus personal. Ini soal keberanian menegakkan hukum secara utuh,” tegas salah satu jurnalis senior yang hadir.
Wartawan, yang biasa membongkar kebenaran, kini berada dalam pusaran pemberitaan itu sendiri. Tapi alih-alih bungkam, mereka memilih melawan dengan cara elegan: meminta klarifikasi resmi dan mendorong penyelidikan menyeluruh.
Dalam momen langka ini, jurnalis dan aktivis lingkungan bersatu. Mereka mencurigai bahwa bisnis sawmill ilegal masih marak dan tak jarang dibekingi oknum tertentu. Maka, langkah selanjutnya jelas: mereka akan menyambangi dinas-dinas terkait untuk menguliti status perizinan sawmill yang mencurigakan. “Ancaman terhadap hutan bukan hanya kebakaran, tapi juga pembalakan liar yang dibungkus rapi oleh bisnis gelap,” ungkap salah satu aktivis lingkungan yang ikut hadir.
Mereka juga akan melakukan edukasi publik, mengajak masyarakat menjaga hutan dan memahami bahwa hutan bukan sekadar aset alam, tapi warisan untuk generasi mendatang.
Aksi solidaritas ini menjadi peringatan keras bahwa hukum tidak boleh tajam ke bawah, tumpul ke atas. Penindakan harus menyentuh semua pihak yang melanggar — apakah itu jurnalis, pengusaha, atau oknum aparat sekalipun. “Pontianak harus bersih. Kalbar harus hijau. Dan hukum harus adil. Titik,” tegas para jurnalis kompak.
Kini, semua mata tertuju ke Polresta Pontianak. Publik menunggu: apakah hukum akan berpihak pada keadilan sejati, atau berhenti di tengah jalan? (TIM)
Nuryo Sutomo
Social Header